Pembelajaran di SLB B
·
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dengan bobot yang berbeda dan disesuaikan dengan
ketunaannya, hal ini disebabkan karena SLB berbeda dengan sekolah reguler dari
segi akademisnya, sosialnya, dan banyak hal yang membuat anak-anak yang sekolah
di SLB itu berbeda dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah reguler. RPP
yang digunakan di SLB sama dengan RPP yang ada di sekolah regular namun disesuaikan
dengan kondisi setiap kelas, dimana ada tiga kriteria yang dimiliki oleh anak
yaitu total, sedang, dan ringan. Keberhasilan yang dicapai oleh setiap anak pun
berbeda, ada yang bisa menangkap dalam waktu 1 hari, seminggu, sebulan bahkan
tahunan tergantung kemampuan anak tersebut dalam menangkap materi pembelajaran.
·
Di SLB B layanan pendidikan yang digunakan yaitu lebih
banyak menggunakan layanan face to face (tatap muka) karena di SLB tidak
mungkin menggunakan sistim klasikal, hal itu disebabkan oleh SLB menangani anak
yang berkebutuhan khusus perlu penanganan khusus dan yang lebih banyak
diterapkan yaitu bimbingan perseorangannya. Jika di sekolah reguler, guru
bisa sambil menulis, berbicara membelakangi siswa. Sedangkan jika dibandingkan
dengan SLB B guru tidak bisa melakukan hal yang sama dengan guru di sekolah
reguler seperti sambil menulis, berbicara membelakangi siswa harus langsung
bertatap muka kemudian mimiknya bagaimana, ucapannya bagaimana banyak hal yang
harus diperhatikan untuk melayani mereka pengenalan terhadap sesuatu itu yang
sulit. Pada tiap kelas juga disediakan cermin yang berfungsi untuk melatih anak
dalam artikulasi (gerak bibir). Lampu di setiap kelas selalu dinyalakan dengan
tujuan anak dapat dengan jelas membaca mimik guru pada saat menjelaskan materi
pelajaran.
·
Jumlah siswa di setiap kelas di SLB-B tidak sama,
antara 4 sampai 6 orang. Usia siswa di masing-masing kelas juga berbeda-beda
tergantung dari kemampuan siswa. Siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat
menangkap materi pelajaran akan ditempatkan di kelas akselerasi (percepatan).
·
Metode yang digunakan di SLB-B dengan di sekolah
regular berbeda, disesuaikan dengan materi dan tingkat kemampuan anak. Sebagian
besar anak SLB-B tidak bisa baca tulis, namun anak mengetahui maksud yang guru
sampaikan seperti jika guru menyuruh anak untuk mengambil sesuatu, guru akan
memberitahu anak dengan menggunakan bahasa isyarat, anak akan mengerti dan
langsung mengambil barang yang dimaksudkan.
·
Mengenai buku pelajaran yang digunakan, SLB-B
menggunakan buku BSE sama dengan buku sekolah regular, namun tidak semua materi
digunakan. SLB-B hanya mengambil materi-materi pelajaran yang sifatnya umum.
·
Teknik Assessment SLB B yang digunakan adalah sistem
assessment secara individual yaitu mengadakan ulangan harian, ulangan tengah
semester dan ulangan akhir semester. Rangkaian Assessmen dilakukan melalui
ulangan sehari-hari, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester secara
klasikal dan individual melalui pengembangan program sesuai dengan kurikulum
yang digunakan di SLB tersebut.
·
Mengenai ekstrakulikuler yang diterapkan disekolah SLB
B, terdapat beberapa ekstrakurikuler yang diberikan atau dilatihkan pada anak
yaitu pramuka, tari, olahraga seperti sepakbola dan senam, komputer (IT), kerajinan
tangan seperti menjahit dan sablon.
Pembelajaran di SLB C/C1
Seperti namanya, pendidikan tunagrahita,
maka pendidikan ini diberikan bagi anak tunagrahita. Sebenarnya, apa yang
dimaksud dengan tunagrahita itu? Tunagrahita adalah individu yang memiliki
intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan,
mereka juga tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran
(standar) kemandirian dan tanggung jawab sosial. Banyak
yang menyatakan bahwa anak tunagrahita sama dengan anak yang mengalami
retardasi/keterbelakangan mental.
Umumnya, anak tunagrahita dapat
dicirikan sebagai berikut:
a)
Penampilan
fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar
b)
Pandangan
kosong
c)
Tidak
dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya
d)
Perkembangan
berbicara/bahasa terlambat
e)
Perhatian
yang sangat kurang terhadap lingkungan dan kurang peka
f)
Koordinasi
gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
g)
Sering
mengeluarkan ludah (ngiler).
Berdasarkan skor intelegensi (IQ), anak
tunagrahita dibadi menjadi 3, yaitu:
a)
Tunagrahita ringan (IQ antara 51-70)
b)
Tunagrahita sedang (IQ antara 36-51)
c)
Tunagrahita berat (IQ ≤ 20)
Namun dalam pendidikan, anak tunagrahita
dikelompokkan ke dalam dua kategori:
a) Anak
tunagrahita yang masuk SLB C
·
Anak yang memiliki IQ antara 50-70
·
Anak mampu didik
·
Anak dapat dimasukkan ke kelas khusus
maupun reguler
·
Kemampuan setara anak normal umur 8-12
tahun
·
Dapat membaca, menulis, berhitung
sederhana, dan melakukan aktivitas lain.
b) Anak
tunagrahita yang masuk SLB C1
·
Anak yang memiliki IQ antara 25-49
·
Anak mampu latih
·
Jumlah siswa maksimal 10 orang per
kelas
·
Kemampuan setara anak normal umur 3-8
tahun
·
Perlu latihan rutin dan berkesinambungan
untuk dapat melakukan aktivitas
·
Hanya sebagian kecil yang dapat membaca,
menulis, dan berhitung
·
Kemampuan intelektual lebih terbatas
·
Mereka dapat diajarkan kemampuan
mengurus diri dan keahlian tertentu.
Anak
tunagrahita harus diberikan pembelajaran yang intens karena mereka memang
membutuhkan sistem pembelajaran yang
kontinu dan konsisten. Disamping itu, pembelajaran yang intensif juga
sangat penting bagi mereka karena dapat mendukung mereka dalam mendapatkan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Dalam
keberhasilannya, pendidikan bagi anak tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa
komponen seperti guru, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sebagainya.
Adapun teori yang dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah bagi anak tunagrahita
(dan anak spesial lainnya) ialah sebagai berikut:
a)
Teori motivasi
Motivasi
yang diberikan dapat berupa reward (hadiah, pujian, dan sebagainya) maupun
dorongan dari guru.
b)
Teori belajar dan tingkah laku
Guru dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi siswa
dengan lingkungan sekitarnya
(guru-murid, siswa-lingkungan, dan sebagainya).
0 komentar:
Posting Komentar