Jumat, 31 Mei 2013

Posted by Unknown |
Pembelajaran di SLB B


·         Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan bobot yang berbeda dan disesuaikan dengan ketunaannya, hal ini disebabkan karena SLB berbeda dengan sekolah reguler dari segi akademisnya, sosialnya, dan banyak hal yang membuat anak-anak yang sekolah di SLB itu berbeda dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah reguler. RPP yang digunakan di SLB sama dengan RPP yang ada di sekolah regular namun disesuaikan dengan kondisi setiap kelas, dimana ada tiga kriteria yang dimiliki oleh anak yaitu total, sedang, dan ringan. Keberhasilan yang dicapai oleh setiap anak pun berbeda, ada yang bisa menangkap dalam waktu 1 hari, seminggu, sebulan bahkan tahunan tergantung kemampuan anak tersebut dalam menangkap materi pembelajaran.

·         Di SLB B layanan pendidikan yang digunakan yaitu lebih banyak menggunakan layanan face to face (tatap muka) karena di SLB tidak mungkin menggunakan sistim klasikal, hal itu disebabkan oleh SLB menangani anak yang berkebutuhan khusus perlu penanganan khusus dan yang lebih banyak diterapkan yaitu bimbingan perseorangannya. Jika  di sekolah reguler, guru bisa sambil menulis, berbicara membelakangi siswa. Sedangkan jika dibandingkan dengan SLB B guru tidak bisa melakukan hal yang sama dengan guru di sekolah reguler seperti sambil menulis, berbicara membelakangi siswa harus langsung bertatap muka kemudian mimiknya bagaimana, ucapannya bagaimana banyak hal yang harus diperhatikan untuk melayani mereka pengenalan terhadap sesuatu itu yang sulit. Pada tiap kelas juga disediakan cermin yang berfungsi untuk melatih anak dalam artikulasi (gerak bibir). Lampu di setiap kelas selalu dinyalakan dengan tujuan anak dapat dengan jelas membaca mimik guru pada saat menjelaskan materi pelajaran.

·         Jumlah siswa di setiap kelas di SLB-B tidak sama, antara 4 sampai 6 orang. Usia siswa di masing-masing kelas juga berbeda-beda tergantung dari kemampuan siswa. Siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat menangkap materi pelajaran akan ditempatkan di kelas akselerasi (percepatan).

·         Metode yang digunakan di SLB-B dengan di sekolah regular berbeda, disesuaikan dengan materi dan tingkat kemampuan anak. Sebagian besar anak SLB-B tidak bisa baca tulis, namun anak mengetahui maksud yang guru sampaikan seperti jika guru menyuruh anak untuk mengambil sesuatu, guru akan memberitahu anak dengan menggunakan bahasa isyarat, anak akan mengerti dan langsung mengambil barang yang dimaksudkan.

·         Mengenai buku pelajaran yang digunakan, SLB-B menggunakan buku BSE sama dengan buku sekolah regular, namun tidak semua materi digunakan. SLB-B hanya mengambil materi-materi pelajaran yang sifatnya umum.

·         Teknik Assessment SLB B yang digunakan adalah sistem assessment secara individual yaitu mengadakan ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Rangkaian Assessmen dilakukan melalui ulangan sehari-hari, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester secara klasikal dan individual melalui pengembangan program sesuai dengan kurikulum yang digunakan di SLB tersebut.

·         Mengenai ekstrakulikuler yang diterapkan disekolah SLB B, terdapat beberapa ekstrakurikuler yang diberikan atau dilatihkan pada anak yaitu pramuka, tari, olahraga seperti sepakbola dan senam, komputer (IT), kerajinan tangan seperti menjahit dan sablon.

 
Pembelajaran di SLB C/C1

Seperti namanya, pendidikan tunagrahita, maka pendidikan ini diberikan bagi anak tunagrahita. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan tunagrahita itu? Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan, mereka juga tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar) kemandirian dan tanggung jawab sosial. Banyak yang menyatakan bahwa anak tunagrahita sama dengan anak yang mengalami retardasi/keterbelakangan mental.

Umumnya, anak tunagrahita dapat dicirikan sebagai berikut:

a)      Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar
b)      Pandangan kosong
c)      Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya
d)     Perkembangan berbicara/bahasa terlambat
e)      Perhatian yang sangat kurang terhadap lingkungan dan kurang peka
f)       Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
g)      Sering mengeluarkan ludah (ngiler).


Berdasarkan skor intelegensi (IQ), anak tunagrahita dibadi menjadi 3, yaitu:

a)      Tunagrahita ringan (IQ antara 51-70)
b)      Tunagrahita sedang (IQ antara 36-51)
c)      Tunagrahita berat (IQ ≤ 20)

Namun dalam pendidikan, anak tunagrahita dikelompokkan ke dalam dua kategori:

a)      Anak tunagrahita yang masuk SLB C

·         Anak yang memiliki IQ antara 50-70
·         Anak mampu didik
·         Anak dapat dimasukkan ke kelas khusus maupun reguler
·         Kemampuan setara anak normal umur 8-12 tahun
·         Dapat membaca, menulis, berhitung sederhana, dan melakukan aktivitas lain.

b)      Anak tunagrahita yang masuk SLB C1

·         Anak yang memiliki IQ antara 25-49
·         Anak mampu latih
·         Jumlah siswa maksimal 10 orang per kelas
·         Kemampuan setara anak normal umur 3-8 tahun
·         Perlu latihan rutin dan berkesinambungan untuk dapat melakukan aktivitas
·         Hanya sebagian kecil yang dapat membaca, menulis, dan berhitung
·         Kemampuan intelektual lebih terbatas
·         Mereka dapat diajarkan kemampuan mengurus diri dan keahlian tertentu.

 
Anak tunagrahita harus diberikan pembelajaran yang intens karena mereka memang membutuhkan sistem pembelajaran yang  kontinu dan konsisten. Disamping itu, pembelajaran yang intensif juga sangat penting bagi mereka karena dapat mendukung mereka dalam mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Dalam keberhasilannya, pendidikan bagi anak tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti guru, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sebagainya. Adapun teori yang dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah bagi anak tunagrahita (dan anak spesial lainnya) ialah sebagai berikut:

a)      Teori motivasi
Motivasi yang diberikan dapat berupa reward (hadiah, pujian, dan sebagainya) maupun dorongan dari guru.

b)      Teori belajar dan tingkah laku
Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi siswa dengan lingkungan  sekitarnya (guru-murid, siswa-lingkungan, dan sebagainya).

 

 

Kamis, 16 Mei 2013

Posted by Unknown |

Sehubungan dengan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, saya dengan teman kelompok saya (Nadela, Karin, Ribka, dan Tefan) telah mencoba menyimpulkan metode pembelajaran di Sekolah Luar Biasa. Kita tahu terdapat 6 jenis Sekolah Luar Biasa, yakni :

1. SLB A : untuk anak tunanetra
2. SLB B : untuk anak tunarungu
3. SLB C : untuk anak tunagrahita
4. SLB D : untuk anak tunadaksa
5. SLB E : untuk anak tunalaras
6. SLB G : untuk anak cacat ganda

Tiap sekolah memiliki programnya masing-masing untuk membantu dan mengembangkan kemampuan serta kemandirian pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
 
Kami telah mendiskusikannya, demikianlah hasil diskusi kami :
 
Pembelajaran di SLB A
Sekolah luar biasa A adalah sekolah yang hanya memberikan pelayanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus yaitu hanya kepada anak tunanetra. Tunanetra adalah Individu yang mengalami hambatan dalam penglihatan atau ketidakberfungsian organ penglihatan.
Klasifikasi Tunanetra
Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan waktu terjadinya waktu terjadinya ketunanetraan,menurut lowenfeld :
1    Tunanetra sebelum dan sejak lahir : dimana individu sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan
2    Tunanetra pada usia kecil : dimana individu telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapu belum kuat dan mudah terlupakan
3    Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja :dimana individu telah memiliki kesan-kesan visual yang meninggalkan pengaruh mendalam terhadap proses perkembangan pribadi
4    Tunanetra pada usia dewasa : dimana individu yang pada umumnya sudah mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
5    Tunanetra pada usia lanjut : dimana individu sebagian besar individu sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
6    Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)
 
Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1        Tunanetra Ringan ( Defective Vision / Low Vision)
Tunanetra ringan merupakan  individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan tetapi masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan
2        Tunanetra Setengah Berat (Partially Sighted)
Tunanetra setengah berat merupakan individu yang kehilangan sebagian daya penglihatan, tetapi mampu mengikuti pendidikan biasa dengan menggunakan kaca pembesar ataupun hanya bisa membaca tulisan yang bercetak tebal.
3        Tunanetra Berat ( Totally Blind)
Tunanetra berat merupakan individu yang sama sekali tidak dapat melihat.
Klasifikasi pada tunanetra dibuat berdasarkan :
a.      Karakteristik Anak Tunanetra
Fisik (Physical)
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya :
ü  Mata juling
ü  Sering berkedip dan gerakan mata cepat
ü  Menyipitkan mata
ü  (Kelopak) mata merah
ü  Mata infeksi dan selalu berair
ü  Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata. 
Perilaku (Behavior)
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini :
ü  Menggosok mata secara berlebihan.
ü Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan.
ü  Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
ü  Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
 
Psikis
Mental / Intelektual
Intelektual atau kecerdasaran anak tunanetra pada umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra berada pada batas atas sampai pada batas bawah, sehingga ada anak tunanetra yang pintar, cukup pintar, dan tidak pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
Sosial
Hubungan sosial yang pertama sekali terjadi pada anak adalah hubungan dengan anggota keluarga (ayah, ibu, saudara). Terkadang, ada orang tua yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan (masalah) dalam keluarga tersebut.
Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah, yaitu:
1)      Curiga terhadap orang lain
2)      Perasaan mudah tersinggung
3)      Ketergantungan yang berlebihan
 
Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra
Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
1        Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi).
2       Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Anak Tunanetra
Prinsip Individual
Prinsip Individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan ketunanetraannya (tingkat ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan, dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP).
Alat Pendidikan
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari alat pendidikan khusus, alat bantu, dan alat peraga:

  • Alat pendidikan khusus: reglet dan pena, mesin tik brailer, printer brailer, abacus

  • Alat bantu : alat bantu perabaan (buku-buku) dan alat bantu pendengaran (kaset,CD,talkingbooks)

  • Alat peraga : alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau pendengar
Tenaga pendidikan yang dibutuhkan antara lain:

  • Guru

  • Psikolog

  • Dokter mata

  • Optometris
Metode yang dipakai adalah metode tematik integrative.
Posted by Unknown |

Karya musik nonvokal Batak Toba

 
Gondang Sabangunan

Banyak istilah yang diberikan para ahli kebudayaan ataupun istilah dari masyarakat Batak itu sendiri terhadap gondang sabangun,yaitu Agung sebangunan,Gondang parhohas na ualu dan sebagainya.

Dari istilah tersebut yang paling menarik adalah “parhohas na ualu” yang mempunyai pengertian perkakas nan delapan. Istilah imi umumnya dipakai oleh tokoh-tokoh yua saja,dan biasanya disambung lagi dengan kalimat “simaningguak di langit natondol ditano”(artinya berpijak diatas tanah sampai juga kelangit). Menurut keyakinan Batak Toba dahulu,apabila gondang sabangunan tersebut dimainkan,maka suaranya akan terdengar sampai kelangit dan semua penari mengikuti gondang itu dan melompat-lompat seperti kesurupan diatas tanah (na tondol di tano).

Gondang sabangunan sebagai kumpulan alat-alat musik tradisional Batak Toba,terdiri dari:Taganing,sarune,ogling oloan,ogling ihutan, ogling panggora dan ogling doal. Berikut fungsi masing-masing instrumen:

 
v    Taganing

Taganing memiliki tanggung jawab dalam penguasaan repertoar  dan memainkan melodi bersama-sama sarune. Repetoar berfungsi sebagai pembawa melodi,tapi pada penyajian gondang taganing berfungsi sebagai “pengabda” atau “dirigen” dengan isyarat-isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota ensambel dan pemberi semangat kepada pemain lainnya.

Taganing adalah drum set melodis(drum-chime),yaitu terdiri dari lima buah gendang yang gantungan dalan sebuah rak.Bentuknya sama dengan gondang hanya ukurannya bermacam-macam. Yang paling besar adalah gandang paling kanan dan semakin kekiri ukurannya semakin kecil serta nadanya juga demikian.

 
v    Sarune

Sarune berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing.

 
v    Ogung Oloan

Ogung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan yaitu memainkan dengan lagu model yang tetap.

Oloan ini terbuat dari bahan metal/perunggu dengan sistem cetak.Sekarang ini terbuat dari bahan besi pelat yang dibentuk sedemikian rupa.Untuk membedakannya dengan suara ogung lainnya lainnya maka tuning yang dilakukan adalah dengan menempelkan geteh puli dibagian gong tersebut. Ukuran Oloan garis tengah lebih kurang 32,5 cm,tinggi 7 cm,dan bendulan ditengah dengan diameter lebih kurang 10 cm.

Oloan dipukul pencunya dengan stik yang terbuat dari kayu dan pangkal ujungnya dilapisi dengan kain atau karet.

 
v    Ogung Ihutan

Ihutan berukuran dengan garis tengah 31 cm,tinggi 8 cm,diameter pencu 11 cm.Ritmenya konstan dan litany sehingga bunyi sahut-sahutan antara dua gong disebut polol-polol.

 
v    Ogung Panggora

Bunyi gong ini adalah “pok”. Bunyi ini timbul karena gong ini pencunya dengan stik dipukul sambil berdiri dan sisinya dimunte (diredam) oleh tangan. Gong ini adalah gong terbesar diantara keempat gong tersebut yang mempunyai ukuran garis menengh 37 cm,tinggi(tebal) 6 cmdan diameter pencunya lebih kurang dari 13 cm.

 
v    Ogung Doal

Ogung Doal dengan bunyi “kel” sehingga apabila dimainkan secara bersamaan dengan gong panggora akan kedengaran pok - kel - pok – kel dan seterusnya dengan ritem yang tidak berubah-ubah sampai komposisi sebuah gondang habis.

 
Gondang Hasapi

Ensambel gondang hasapi adalah ensambel musik dengan menggunakan hasapi sebagai pembawa melodi disertai alat musik sulim. Hasapi ende digunakan sebagai pembawa melodi dan garantung sebagai pembawa tempo.

 
v    Garantung

Garantung adalah jenis alat pukul yang terbuat dari wilahan kayu (xylophone) yang terbuat dari kayu ingol dan dosi. Garantung terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan di atas kotak yang sekaligus sebagai resonatornya.Masing-masing wilahan mempunyai nada yaitu, 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si) kemudian disambungkan ke tali.

Garantung dimainkan dengan dua buah stik untuk tangan kiri dan kanan.Alat musik ini dapat dimainkan secara solo (tunggal),namun dapat dimainkan dalam satu ensambel.

 
v    Sulim   

Sulim adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu seperti seruling atau suling. Sulim memiliki 6 lubang nada dengan jarak antara satu lubang nada dengan lubang nada lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional.

Perbedaan sulim ini dengan suling-suling yang lain adalah suara yang dihasilkan selalu bervariasi. Hal ini dikarenakan adanya satu lubang yang dibuat khusus untuk menghasilkan vibrasi.

 
v    Tagading Odap

Odap adalah gendang dua sisi berbentuk konis.Odap juga terbuat dari bahan kayu nangka dan kulit lembu serta tali pengencang terbuat dari rotan. Ukuran tingginya lebih kurang 34-37 cm,diameter membran sisi satu 26 cm dan diameter membran sisi 2 lebih kurang 12-14 cm.

 
v    Sarune Etek

Sarune etek merupakan alat musik aerophone.Sarune etek diunakan sebagai pembawa melodi.

 
v     Hasapi Ende

Hasapi ende merupakan alat musik jenis chordophone.Hasapi ende digunakan sebagai pembawa melodi.

 
v    Hesek

Hesek adalah instrumen musik pembawa tempo utama dalam ensambel musik gondang hasapi. Hesek merupakan alat musik perkusi konkusi. Hesek terbuat dari bahan metal,namun ukurannya relatif jauh lebih kecil dengan diameter lebih kurang 10-15 cm.

Hesek berfungsi sebagai  menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek,permainan instrumen akn terasa kurang lengkap.

 
Beberapa contoh gondang yang dipakai dalam upacara adat dan lainnya :

 

Gondang Mula-mula

Bentuk upcara yang termasuk gondang mula-mula antara lain:

Gondang Alu-alu, untuk mengadukan segala keluhan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, biasanya dilakukan tanpa tarian.

Gondang Samba-samba, sebagai persembahan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Semua penari berputar di tempat masing-masing dengan kedua tangan bersikap menyembah.

 

Gondang Pasu-pasuan

Yang termasuk gondang pasu-pasuan:

Gondang Sampur Mareme, menggambarkan permohonan agar dianugrahi dengan keturunan banyak.

Gondang Marorot, menggambarkan permohonan kelahiran anak yang dapat diasuh.

Gondang Saudara, menggambarkan permohonan tegaknya keadilan dan kemakmuran.

Gondang Sibane-bane, menggambarkan permohonan adanya kedamaian dan kesejahteraan.

Gondang Simonang-monang, menggambarkan permohonan agar selalu memperoleh kemenangan.

Gondang Didang-didang, menggambarkan permohonan datangnya sukacita yang selalu didambakan.

Gondang Malim, menggambarkan kesalehan dan kemuliaan seorang imam yang tidak mau ternoda.

Gondang Mulajadi, menggambarkan penyampaian segala permohonan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta sumber segala anugrah.Anugrah pasu-pasu I ma tardok gondang sinta-sinta pangidoan hombar tu sintuhu ni na ginondangkan dohot barita ngolu. Artinya gondang pasu-pasuan merupakan penggambaran cita-cita dan permohonan sesuai dengan acara pokok dan kisah hidup.

 

Gondang Penutup

Sedangkan yang termasuk gondang penutup adalah :

Gondang Sitio-tio,menggambarkan kecerahan hidup masa depan sebagai jawaban terhadap upacara adat yang telah dilaksanakan.

Gondang Hasatan, menggambarkan penghargaan yang pasti tentang segala yang dipinta akan dalam waktu yang tidak lama. Gondang Hasatan I ma pas ni roha na ingkon sabat saut sude na pinarsinta. Artinya: Gondang Hasatan ialah suatu keyakinan yang pasti bahwa semua cita-cita akan tercapai.Lagu-lagu untuk ini biasanya pendek-pendek saja.   

 

Pakpak/Dairi


Etnis Pakpak berada di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Barat dan sebagainya bertempat tinggal di Aceh Singkil (Boang) dan tapanuli Utara/Tengah (Kelasen). Asal etnis Pakpak diperkirakan berasal dari India melalui Barus atau Singkil dan menurut penelitian, tempat pertama suku Pakpak adalah Kuta Pinanggar (Kecamatan Salak) keturunan dari si Kada dan istrinya Lona. Kemudian lahir anaknya yang bernama si Hiang dengan turunannya 7 orang yaitu, Haji (Banua Harhar), si Raja Pako (Sicike-cike), Pubada (Aceh Singkil), Ranggarjodi (Buku Tinambunan), Mbello (Salalan Rumerah), Sanggir (Kelasen/Taput), dan Bata (tidak diketahui kemana perginya)


Pada masyarakat Pakpak dairi juga terdapat ansambel musik yang dikenal dengan Genderang sisibah.

Genderang Sisibah terdiri dari:

·        Sembilan Gendang (salah satu sisinya diletakkan dalam satu rak yang dipukul menggunakan stik). Gendang ini dipakai untuk mengiringi upacara adat yang ada di Pakpak Dairi.

·         Melus Bulung Bulu

·         Melus Bulung Sempula

·         Melus Bulung Simburnaik

·         Kalondang (xylophone)

·        Lobat (aerophone), lobat biasa ditiup oleh seorang yang menyadp getah kemenyan serta bernyanyi tentang keluh kesah hidupnya, nyanyian disebut Odhong-odhong. Odhong-odhong dinyanyikan diatas pohon, atau nyanyian rimba.

·        Sedam, bisanya dipakai seseorang utuk melepaskan lelah ketika menggembalakan ternak di pagang rumput.

·         Kecapi

·         Gong

 

Disamping alat musik tersebut ada juga ansambel Genderand si Pitu yang terdiri dari:

·        Tujuh Gendang, diletakkan pada satu rak

·        Kalondang, biasanya dimainkan dengan melodi yang sama dengan vokal dengan pukulan Gendang yang variatif.

 

Sejauh ini tradisi musuk Pakpak Dairi belum banyak mengalammi perubahan-perubahan.

 


Dari Keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh suku. Bagi masyarakat Toba dan Pakpak musik memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan. Kita sebagai generasi penurus seharusnya melestarikan musik daerah kita agar kesenian dan kebudayaan tidak musnah seiring perkembangan zaman.

Keanekaragaman budaya Indonesia merupakan satu dari beberapa yang kaya akan budaya. Keanekaragaman budaya Indonesia ini jangan sampai di rebut oleh negara-negara lain yang iri akan kekeyaan Indonesia.

Pada zaman perkembangan IPTEK, kita sadari bahwa hampir seluruh aspek kebudayaan tidak lagi di minati oleh remaja. Hadirnya alat mesik Elektrinik sanggat berpengaruh besar dalam perkembangan musik daerah yang semakin tertelan dalam perkembangan zaman.

Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan dan mengembangkan musik tradisional yang mulai hilang tertelan zaman.