Filsafat
Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno.
Menurut
Takwin (2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis,
radikal, dan kritis seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus
mengandung kebenaran logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan
filsafat analitik memberikan kriteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika
mengadung kebenaran korespondensi dan koherensi.
Korespondensi
yakni sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan
kenyataan empiris. Contoh jika pernyataan ”Saat ini hujan turun”, adalah benar jika
indra kita menangkap hujan turun, jika kenyataannya tidak maka pernyataannya
dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar jika
pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan logika barat).
Dalam
filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga bagian besar yakni:
(a)
bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being)
(b) bidang filsafat yang
mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas)
(c) bidang filsafat yang
mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia
(aksiologi).
Tokoh-tokoh Filsuf Barat Era Klasik
1.
Thales
Dalam sejarah filsafat, Thales dijuluki
sebagai filsuf Yunani pertama. Keterangan tentang Thales banyak berasal dari
Aristoteles. Thales berusaha menjawab pertanyaan: apa asal-usul segala sesuatu.
Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air.
2.
Anaximandros
Anaximandros adalah teman sejawat Thales. Dia
juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang menggugah Thales. Tapi menurut
dia. Prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin air seperti yang dikatakan
Thales. Menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah to aperion (yang
brarti substandi yang tak terbatas). To aperion itu kekal dan tak dimakan usia,
itulah yang merangkum seluruh jagad.
3.
Anaximenes
Menurut Anaximenes, prinsip dasar segala
sesuatu adalah udara. Udara adalah prinsip kehidupan. “sebagaimana halnya jiwa
kita, yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata anximenes. Jadi, udara adalah prinsip dasar (Urstoff) dari
dunia.
4.
Pythagoras
Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan
di Kroton, Italia Selatan. Pythaghoras dijuluki “pemimpin dan Bapak Filsafat
Ilahi”. Pythagoras mengajarkan bahwa jiwa itu kekal, dan dapat berpindah-pindah.
Sesudah kematian, jiwa berpindah kepada hewan, dan begitu seterusnya.
Menurutnya prinsip dari segala-galanya adalah matematika, semua benda dapat
dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angka.
5.
Xenophanes
Xenophanes bukan filsuf, tetapi seorang
pemikir yang kritis. Xenophanes menolak anthropomorfisme allah-allah. Ia
berpendapat bahwa Allah bersifat kekal. Dia menolak anggapan bahwa Allah
dilahirkan. Maka dapat disimpulkan bahwa menurut dia, Allah tidak memiliki
permulaan.
6.
Herocleitos
Ia memandang rendah orang-orang kebanyakan.
Bahkan orang-orang ternama masa sebelumnya, tidak dihargainya. Di bidang agama,
ia tidak menghargai misteri-misteri. Ia mengajarkan pandangan panteistik
tentang Allah. Ajarannya dikenal dengan panta rei. Artinya, segala sesuatu
mengalir.
7.
Pamenides dan Melissus
Parmenides inilah yang pertama-tama
berfilsafat tentang “yang ada”. Dia memperkenalkan metafisika. Inti ajarannya
adalah: Being, the One, is, and that becoming, change, is illusion. Pluralitas
adalah ilusi.
8.
Zeno
Zeno
adalah murid Parmenides. Dia memberikan sejumlah argumen brilian untuk
membuktikan bahwa tidak mungkin ada gerak, misalnya teka-teki Achilles dan
kura-kura.
9.
Empodocles
Empodocles seperti Parmenides, mengajarkan
bahwa materi tidak punya awal dan akhir. Materi tidak dapat binasa. Menurut
dia, unsur dasar dari segala-galanya adalah tanah, udara, api dan air. Keempat
benda itu tidak dapat saling dipertukarkan. Ia juga mengajarkan tentang
perpindahan jiwa. Dia sendiri mengatakan bahwa di waktu lampau, dia sendiri
adalah anak laki-laki, anak perempuan, tumbuhan, burung dan ikan.
10.
Anaxagoras
Sumbangan paling penting Anaxigoras bagi
filsafat adalah teorinya tentang rasio (nous). Jika Empodocles mengajarkan
bahwa gerakan di jagad raya disebabkan oleh kekuatan fisik cinta dan kebencian,
maka Anaxigoras mengatakan bahwa gerakan disebabkan oleh rasio. “Nous memiliki
kekuasaan atas segala sesuatu yang memiliki hidup, baik besar maupun kecil”.
0 komentar:
Posting Komentar