Sehubungan
dengan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, saya dengan teman kelompok saya
(Nadela, Karin, Ribka, dan Tefan) telah mencoba menyimpulkan metode
pembelajaran di Sekolah Luar Biasa. Kita tahu terdapat 6 jenis Sekolah Luar
Biasa, yakni :
1.
SLB A : untuk anak tunanetra
2.
SLB B : untuk anak tunarungu
3.
SLB C : untuk anak tunagrahita
4.
SLB D : untuk anak tunadaksa
5.
SLB E : untuk anak tunalaras
6.
SLB G : untuk anak cacat ganda
Tiap sekolah memiliki programnya masing-masing untuk membantu dan mengembangkan kemampuan serta kemandirian pada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Kami
telah mendiskusikannya, demikianlah hasil diskusi kami :
Pembelajaran di SLB A
Sekolah
luar biasa A adalah sekolah yang hanya memberikan pelayanan pendidikan kepada
anak berkebutuhan khusus yaitu hanya kepada anak tunanetra. Tunanetra adalah
Individu yang mengalami hambatan dalam penglihatan atau ketidakberfungsian
organ penglihatan.
Klasifikasi
Tunanetra
Klasifikasi anak
tunanetra berdasarkan waktu terjadinya waktu terjadinya ketunanetraan,menurut
lowenfeld :
1 Tunanetra sebelum dan sejak lahir :
dimana individu sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan
2 Tunanetra pada usia kecil : dimana individu
telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapu belum kuat dan mudah
terlupakan
3 Tunanetra pada usia sekolah atau pada
masa remaja :dimana individu telah memiliki kesan-kesan visual yang
meninggalkan pengaruh mendalam terhadap proses perkembangan pribadi
4 Tunanetra pada usia dewasa : dimana
individu yang pada umumnya sudah mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian
diri.
5 Tunanetra pada usia lanjut : dimana
individu sebagian besar individu sudah sulit mengikuti latihan-latihan
penyesuaian diri
6 Tunanetra akibat bawaan (partial sight
bawaan)
Klasifikasi
anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1
Tunanetra Ringan ( Defective Vision /
Low Vision)
Tunanetra ringan merupakan individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan tetapi masih dapat mengikuti program-program
pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan
2
Tunanetra Setengah Berat (Partially
Sighted)
Tunanetra setengah berat merupakan individu yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, tetapi mampu mengikuti pendidikan biasa
dengan menggunakan kaca pembesar ataupun hanya bisa membaca tulisan yang
bercetak tebal.
3
Tunanetra Berat ( Totally Blind)
Tunanetra berat merupakan individu yang sama sekali
tidak dapat melihat.
Klasifikasi
pada tunanetra dibuat berdasarkan :
a. Karakteristik Anak Tunanetra
Fisik (Physical)
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik
diantaranya :
ü Mata juling
ü Sering berkedip dan gerakan mata
cepat
ü Menyipitkan mata
ü (Kelopak) mata merah
ü Mata infeksi dan selalu berair
ü Pembengkakan pada kulit tempat
tumbuh bulu mata.
Perilaku (Behavior)
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai
petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini :
ü Menggosok mata secara berlebihan.
ü Menutup atau melindungi mata
sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke depan.
ü Sukar membaca atau dalam mengerjakan
pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
ü Berkedip lebih banyak daripada
biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu pekerjaan.
Psikis
Mental / Intelektual
Intelektual atau kecerdasaran anak
tunanetra pada umumnya tidak berbeda jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ
anak tunanetra berada pada batas atas sampai pada batas bawah, sehingga ada
anak tunanetra yang pintar, cukup pintar, dan tidak pintar. Intelegensi mereka
lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
Sosial
Hubungan sosial yang pertama sekali
terjadi pada anak adalah hubungan dengan anggota keluarga (ayah, ibu, saudara).
Terkadang, ada orang tua yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra,
sehingga muncul ketegangan (masalah) dalam keluarga tersebut.
Tunanetra mengalami hambatan dalam
perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah, yaitu:
1) Curiga terhadap orang lain
2) Perasaan mudah tersinggung
3) Ketergantungan yang berlebihan
Strategi Pembelajaran Anak Tunanetra
Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak
tunanetra didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :
1
Upaya
memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di satu sisi).
2 Upaya
pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi
kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan (di sisi lain).
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Anak
Tunanetra
Prinsip Individual
Prinsip Individual adalah prinsip
umum dalam pembelajaran manapun (PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut
untuk memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu. Dalam pendidikan
tunanetra, dimensi perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan
kompleks. Di samping adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan
mental, fisik, kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan
sejumlah perbedaan khusus yang terkait dengan ketunanetraannya (tingkat
ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan, dampak
sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada beberapa
perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan
anak yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan
perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya (Individual Education Program – IEP).
Alat
Pendidikan
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari alat pendidikan khusus, alat bantu, dan alat peraga:
Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari alat pendidikan khusus, alat bantu, dan alat peraga:
- Alat pendidikan khusus: reglet
dan pena, mesin tik brailer, printer brailer, abacus
- Alat bantu : alat bantu
perabaan (buku-buku) dan alat bantu pendengaran (kaset,CD,talkingbooks)
- Alat peraga : alat peraga
tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan
atau pendengar
Tenaga
pendidikan yang dibutuhkan antara lain:
- Guru
- Psikolog
- Dokter mata
- Optometris
Metode
yang dipakai adalah metode tematik integrative.
0 komentar:
Posting Komentar