Senin, 03 Juni 2013

Posted by Unknown |

Pembelajaran di SLB D/D1

SLB D
Yang dimaksud dengan sekolah luar biasa D adalah sekolah yang menangani anak-anak Tunadaksa/cacat fisik yang memiliki tingkat kecerdasannya sama dengan anak normal.
Sehingga anak-anak ini diharapkan dapat memasuki sekolah umum setelah lulus dari sekolah dasar.
Anak-anak luar biasa bagian D apabila secara psikologis telah dapat menerima lingkungan sekitar , berintegrasi lebih awal lebih baik ditinjau dari psikologi dan sosial anak.
SLB D1
Sekolah yang melayani anak-anak Tunadaksa yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata anak normal , sehingga dibutuhkan pengajaran khusus
PENDIDIKAN YANG IDEAL BAGI ANAK TUNADAKSA

Tujuan pendidikan anak Tunadaksa bersifat ganda (dual purpose), yaitu yang berhubungan dengan aspek rehabilitasi pemulihan dan pengembangan fungsi fisik, dan yang berkaitan dengan pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik .
Adapun prinsip dasar program pendidikannya meliputi:
1. Keseluruhan anak (All the children)
2. Kenyataan (Reality)
3. Program yang dinamis (A dynamic program)
4. Kesempatan yang sama (Equality of opportunity)
5. Kerjasama (Cooperative)
 

Sedangkan prinsip khusus
Pendidikannya terdiri dari prinsip multisensori dan prinsip individualisasi.
Multisensori berarti banyak indera, maksudnya dalam proses pendidikan pada anak tunadaksa sedapat mungkin memanfaatkan dan mengembangkan indera-indera yang ada dalam diri anak agar kesan pendidikan yang diterimanya lebih baik.
Prinsip individualisasi berarti kemampuan masing-masing diri individu lebih dijadikan titik tolak dalam memberikan pendidikan pada mereka. Model layanannya dapat berbentuk individual dan klasikal pada individu yang cenderung memiliki kemampuan yang hamper sama, bahan pelajaran yang diberikan pada siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
 Layanan pendidikan untuk anak Tunadaksa dapat dilakukan dengan pendekatan guru kelas, guru mata pelajaran/bidang studi, campuran dan pengajaran tim.
a)      Pembelajaran di sekolah idealnya sebagai berikut:

b)      Perencanaan kegiatan belajar mengajar: Program pendidikan yang diindividualisasikan

c)      Prinsip Pembelajaran: Prinsip multisensori dan prinsip individualisasi

d)     Penataan Lingkungan Belajar
Bangunan gedung memprioritaskan tiga kemudahan:
·         mudah keluar masuk,
·         mudah bergerak dalam ruangan, dan
·         mudah mengadakan penyesuaian.
e)      Personil:
guru PLB, guru regular, dokter ahli anak, dokter ahli rehab medis, dokter ahli    ortopedi , dokter  ahli syaraf , psikolog, guru BP, social worker, fisioterapist, occupational therapist, speechterapist, orthotic dan prosthetic.
f)   Bimbingan Belajar
Anak Tunadaksa memerlukan bimbingan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Ketiga      kemampuan dasar ini perlu memperoleh layanan sedini mungkin sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak, manakala telah memasuki program sekolah dasar
g)  Pembinaan Karier dan Pekerjaan
    Untuk mempersiapkan masa depan anak, di sekolah perlu adanya pembinaan karier. Pengertian karier tidak dipandang hanya sebagai pekerjaan yang diberikan pada tamatan sekolah menengah atas, tetapi dibutuhkan oleh semua siswa sejak Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pada jenjang TKLB dan SDLB materi pembahasannya adalah untuk memberikan pengertian dasar mengenai kemungkinan pekerjaan dalam hidup kelak dan memberikan kesadaran bahwa sekolah memberi kesempatan untuk bereksplorasi dalam mempersiapkan kehidupan kelak; sedangkan pada tingkatan yang lebih tinggi selain melanjutkan materi tersebut telah diarahkan pada prevokasional maupun vokasional.
   Pembinaan karier dan pekerjaan dimulai dari kegiatan asesmen karir dan pekerjaan agar dapat menyusun program pembinaan karir dan vokasional yang sesuai dengan kondisi kemampuan dan kecacatan anak tunadaksa.
   Berkaitan dengan penyusunan program, Philip (1986) mengemukakan bahwa program yang disusun harus berbentuk IEP (Individualized Educational Program) yang mempunyai ciri-ciri sasaran untuk remidi bila siswa mengalami kesulitan dalam membaca formulir pekerjaan, berkomunikasi dengan menggunakan telepon, penggunaan uang dalam pekerjaan, dll. Salah satu contoh pogram IEP adalah pengembangan motorik halus untuk pekerjaan menjahit, pertanaman, mengatur makanan, dll.

Alur pembinaan karier dan pekerjaan dapat disajikan seperti berikut:
Asesmen → pemograman → proses → evaluasi → daya guna/tepat guna
 
 
Adapun Frances P. Connor (1995) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak Tunadaksa melalui pendidikan, yaitu:
(1) pengembangan intelektual dan akademik,
(2) membantu perkembangan fisik,
(3) meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak,
(4) mematangkan aspek sosial,
(5) mematangkan moral dan spiritual,
(6) meningkatkan ekspresi diri, dan
(7) mempersiapkan masa depan anak.
 
Pembelajaran di SLB E
SLB E adalah sekolah untuk anak-anak yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi (Tuna Laras). Anak Tuna Laras pada umumnya sama dengan anak normal lainnya, hanya saja mereka kesulitan dalam hal pengendalian emosi.
Dalam SLB E, yang paling diutamakan adalah pembelajaran untuk mengendalikan emosi si anak. Hal ini dikarenakan permasalahan utama anak Tuna Laras adalah dalam pengendalian emosinya. Emosi anak Tuna Laras tidak stabil sehingga mereka sulit untuk tenang dan diarahkan. Oleh karena itu dalam SLB E ini mereka dilatih untuk lebih tenang dan lebih sabar dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Metode yang cukup efektif dalam permasalahan ini adalah dengna pemberian tugas yang melatih kesabaran seperti menyusun puzzle, meronce, bermain Lego, mewarnai, dan lain sebagainya. Dengan pelatihan seperti itu, anak diharapkan dapat lebih bersabar dan emosi mereka lebih terkendali. Selain itu para pengajar harus memahami kondisi si anak, dan bagaimana keadaan si anak dengan cara mendengarkan keinginan si anak serta mengarahkannya. Pemberian reward atas hal positif yang dilakukan anak dapat mengarahkan tindakan si anak.
 
Pembelajaran di SLB G
SLB G adalah sekolah yang menangani anak-anak yang mengalami gangguan ganda. Gangguan ganda tersebut dapat berupa gangguan fisik maupun gangguan mental. Oleh karena itu metode pembelajaran yang diterapkan haruslah lebih kompleks daripada metode pembelajaran yang terdapat di jenis SLB lainnya. Penggabungan metode pembelajaran dari setiap jenis SLB sangat dibutuhkan dalam SLB G ini. Setiap metode yang dilakukan memiliki peran masing-masing dalam perkembangan anak-anak yang mengalami gangguan ganda tersebut. Sama seperti di jenis SLB lainnya, di SLB G ini juga perlu dilakukan pelatihan fisik maupun pelatihan mental. Cara pengajar dalam memahami dan mengajari anak juga harus diperhatikan. Pengajar harus mampu mengenal dan memahami masing-masing anak karena setiap anak pastilah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda

0 komentar:

Posting Komentar